Belanja

Bismillah,

Belanja oh belanja~~
Saya termasuk satu di antara beberapa orang yang tidak begitu sering belanja, karna alasan sederhana. Butuh atau tidak butuh, bisa dipinjam/ dicatat ulang atau tidak, dan alasan paling sederhana namun sangat penting adalah punya uang atau tidak. Tentu saja ini! Mau bayar pake apa? Pake permata? Jangankan permata uang pun aku tak punya, aku merasa orang termiskin di dunia yang penuh derita bermandikan air mata uooo uooo (nyanyi apa tarzan-i mba?)
#HamdanATT #TermiskindiDunia
Atau pake emas? Eh, kan emas banyak di mana-mana, emas emas ganteng. Trus gue harus cari emas-emas ganteng cuma buat beli chiki gitu?
Kena tabok ama emaknye entar
-___-"
nangis aja ngga jadi nge-blog T-T
Kapan mulai ceritanya ini?!

Oke, oke serius!
Jadi kejadiannya sering begini. Saya jarang-jarang punya keinginan belanja terutama pakaian. Pas lagi ngga mood, Ibu selalu mengajak saya belanja, maksa maksa dan nawarin semua dagangan orang yang keliatan bagus dan engga bagus. Biasanya sambil bilang ini, "Ayo Nak, beli satu aja. Mumpung lagi di sini. Kita baru pulang kalo anak udah dapat satu belanjaannya ya". Nah, nah. Saya memang lebih memilih pulang daripada mengelilingi toko-toko pakaian. Kalau toko buku saya mau deh dihibahkan satu toko buku haha!
Kalau pas lagi butuh banget beli sesuatu seperti kemeja putih yang ternyata saya ngga punya buat dipake seminar/ sidang, Ibu malah bilang ini "Eh, ini bahannya engga bagus"/ "Kita cari di toko lain aja"/ "Eh ini ngga sesuai" jadinya yang bawa barang belanjaan cuma Ibu, trus kemeja saya masih tinggal di toko penjualnya -___-"
Gimana mau belanja kalo begini?

Jadi, tibalah suatu hari Saya merasa ada yang sangat berbeda antara lemari saya yang masih terlalu lapang dengan lemari si Kakak yang dimasukin satu helai baju aja udah sempit banget. Dan saya baru banget sadar kalau baju saya itu cuma beberapa stel baju basiba (khas waktu di pesantren dulu) yang umurnya sudah tua tapi masih muat karna gede, dan beberapa baju kemeja ngampus, 3 rok jeans yang tersisa 2, karna diungsikan satunya oleh si adik ke pesantren.

Kenapa ini terjadi? Karena saya 6 tahun tinggal di pesantren dan merasa tidak butuh pakaian santai, hanya libur sebentar dan kebanyakan dihabiskan bersama keluarga dan kalau saya harus main saya punya kakak yang isi lemarinya bisa dibajak walau setelah itu saya digelari bajak laut. Hahaha.

Jadi, karna berpikir investasi masa depan saya masih sedikit akhirnya saya memutuskan belanja walau menggadaikan (banyak sekali) tabungan saya. Oiya jangan lupa definisi banyak tiap orang berbeda-beda. Horee!! T.T
Ah kalian tidak tahu betapa bahagianya orang tua saya dan kakak saya ketika saya mengetahui niat saya belanja :')

Hari belanja pun tiba...

Saya memilih satu stel baju. Lalu saya melapor ke rumah.
"Ma, udah beli satu stel. Mahaal T.T"
"Berapa habis uangnya Nak?"
"Segini Ma, mahal ya Ma?" (saya sebutkan jumlahnya)
"Heemm, itu mah sedikit Nak. Cari lagi"

Well, saya yakin ini motivasi yang hanya berlaku ke saya.
Akhirnya saya membeli sebuah rok satu lagi dan uang di dompet saya hanya cukup membayar ongkos angkot Bukittinggi (Aur)-Padang panjang. Di perjalanan pulang, Terlihatlah oleh saya di sebuah toko baju dongker polos tapi bikin saya jatuh cinta. Saya pun paham saat itu juga bahwa cinta itu tak harus memiliki T_T dan perasaan begini ternyata sakit T_T

Ceritanya belum selesai. Saya akhirnya cerita lagi ke rumah. Lengkap dengan berapa harga dan dibayar berapa, lalu
"Yah Nak, kenapa ga ditawar tadi? Biasanya harga yang ini segini dapat"
"Aha ha aha ha aha ha hiks"

Cerita ini pun berakhir dengan keyakinan,
"Setiap anak Adam sungguh telah Rabb tetapkan rezekinya, takdirnya, bahagianya, dan juga sedihnya. Yang pergi hari itu menjadi yang datang bagi orang lain, baik bagi yang ditinggalkan maupun yang dihampiri semoga keduanya mendapatkan berkah yang dilandaskan keikhlasan dalam muamalah"

*cerita minggu lalu :))



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.