Tumbuh dan Kekhawatiran yang Tumbuh

Bismillah,

Ya, saya yang sepenuhnya telah tumbuh.
Bukan lagi balita yang bebas berkeliaran ke sana ke mari sesuka hati tanpa tahu batu kerikil sangat menjebak di depannya. Berlarian mengejar balon dengan tertawa riang begitu menggemaskan. Makan coklat bahkan makan nasi berlepotan tapi terlihat lucu.

Bukan.
Bukan anak kecil yang bermain masak-masak, bermain tali putar, bermain batu gundu, bermain petak umpet, bermain dewi-dewi.

Bukan pula remaja yang bangun tidur, sholat, ke sekolah, pulang sekolah, makan, sore main, malam wirid. Di waktu-waktu kosong "berkhayal" mau jadi apa di masa depannya

Tapi,
Saya sudah dewasa.
Tidak berkhayal lagi sekenanya tetapi memiliki mimpi yang menyimpan tujuan.
Telah lulus kuliah Strata 1 pula.

Menjadi kakak tidak lagi sekedar mengisengi adiknya.
Menjadi guru yang seyogyanya membimbimbing generasi Indonesia selanjutnya,
Mereka pula-lah generasi Islam.

Ya.
Saya telah tumbuh
Dan seiring dengan itu, tumbuh pula kekhawatiran.
Kekhawatiran untuk menjaga,
Kekhawatiran untuk melindungi,
Kekhawatiran besar yang bersembunyi dalam setiap dukungan.

Saya bukan lagi menjadi objek kekhawatiran itu bagi guru-guru saya.
Tapi kini sayalah guru itu, dan setiap guru memiliki kekhawatiran yang sama.
Tak ada yang ingin anak didiknya gamang menghadapi masa depan.

Di satu sisi, saya memiliki keyakinan bahwa sumber motivasi terbesar dalam diri seseorang adalah dirinya sendiri. Walau telah berbuih-buih seorang guru memberi nasehat, sumber dan titik balik terbesar dalam diri seorang murid adalah dirinya sendiri.
Hanya kepada Rabb segala harap tertumpah...


Rabb, jangan biarkan kami menjadi golongan yang celaka karna meninggalkan generasi yang buruk di belakang kami

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.