Semangat Pedagang Buah

Bismillah,

Cobalah kau berjalan di pagi hari sekitar pukul enam hingga delapan. Lipat gulungan selimut yang menipumu dengan kehangatan, dan saksikan bagaimana hiruk pikuk saat kota ini memulai harinya.
Kau akan menyaksikan, angkot-angkot tua pergi mengantarkan para ibu rumah tangga berbelanja dan pulang dengan setumpuk buah, sayur, dan berbagai temulawak. Engkau juga akan melihat kios-kios nasi kuning, lontong sayur dan bubur ayam membuka diri untuk dikunjungi mahasiswa yang ingin sarapan sebelum berangkat ke kampus. Kau juga dapat mengamati para pedagang buah bergerombol keluar dari markaz mereka kemudian berbagi wilayah dagang. Bila seorang pedagang telah mangkal di suatu tempat, pedangang lain harus mengalah mencari tempat lain. Lagi pula setiap hari begitu, setiap pedagang telah menemukan langganan mereka masing-masing. Jadi tidak akan ada saling rebut.
Berjalan membuntuti gerombolan mamang-mamang penjual buah itu membuatku sadar akan sesuatu. Siapa yang akan mengira bahwa mereka sesungguhnya adalah ambassador go green program yang selama ini digaung-gaungkan dunia. Hanya saja, mereka tak terlihat. Bahkan kecil kemungkinan untuk dianggap. Padahal mereka telah memilih menguras bulir-bulir keringat di pagi cerah dibandingkan menggas motor yang memproduksi kepulan karbon monoksida, membuat langit kota tampak lebih gelap.
Siapa pula yang mengira bahwa genggaman mantap di pegangan gerobak kaca itu semantap langkah mereka yang beringsut perlahan tapi pasti di turunan jalan. Sebesar semangat mereka untuk berharap kebaikan hari ini, bertawakal sepenuhnya, "Tuhan, mudahkan rezekiku".
Siapa pula yang tahu bahwa semangat itu mungkin saja lebih tulus dibandingkan semangat yang kau bawa ke kelas setiap hari. Bahkan terkadang semangat itu hanya terkukung di dalam tas terjepit bersama kertas-kertas putih yang malas ditulis untuk sekedar merangkum materi kuliah sarat  dua baris. Jadilah semangat itu sama sekali tak muncul ke permukaan. Tidak dikeluarkan. Atau mungkin semangat itu ada tapi ketika dilihat kembali, yang terbawa ternyata  hanya semangat kosong.
Ah, siapalah yang sadar, sesungguhnya seseorang telah kalah semangatnya dibandingkan semangat para pedangang buah hari ini.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.