Buktikan Padaku Keadilan Tuhan.
Bismillah,
Gigi: Hey, apa yang kau lamunkan?
Riri: Oh, kau rupanya, tak apa. Hanya sebuah pertanyaan yang tak dapat kupecahkan hingga kini,
Gigi: Ahaha, bagus! Kalau begitu aku punya kesempatan mendahuluimu.
Riri: Huft! (Sambil menggelengkan kepala?)
Gigi: Ayolah, kau tidak berniat memberitahuku ya? Hem, cepat ceritakaaan!
Riri: Tentu saja aku menunggumu bertanya, kalau kau bertanya artinya kau siap menerima pertanyaan ini.
Gigi: Kau meragukanku? Jahat sekali..
...sekian detik berlalu tanpa suara...
Riri: Buktikan keadilan Tuhan padaku,
Gigi: ?
Riri: Ya, tolong buktikan keadilan Tuhan padaku.
Gigi: Pertanyaan bagus! Ah, kau tidak mungkin mempertanyakan pertanyaan konyol macam itu kan?
Riri: Seseorang memintanya padaku. Bisakah kau membantuku?
Gigi: I wish,..
----
Ya, pernah seseorang mempertanyakan keadilan Allah padaku. Aku hanya tidak habis pikir bagaimana bisa ia menanyakan keadilan itu. Jawaban macam apa yang ia minta? Egoku terkadang memaksa untuk mengasihani mereka yang tidak merasakan keadilan itu. "Kasihan sekali anak ini", batinku. Mengapa ia tidak merasakan keadilan dan Rahmannya Allah? Semua makhluk Allah berikan udara yang sama, bumi pijakan yang sama, dan sebagainya dan sebagainya. Apalagi yang ia tuntut? Tapi, bukan itu sesungguhnya. Ketika pertanyaan itu dihadapkan kepadaku dan aku menyadari bahwa aku tidak punya jawaban yang tepat, tepat bagi diriku sendiri dan tepat baginya. Aku merasa menyesal. Mengasihani diriku sendiri yang tak begitu mengenal Sang Maha Adil, hingga bagaimana Rabb menunjukkan keadilan itu kepada setiap hambanya. Setiap ciptaannya. Maksudku, ya, setiap, seluruhnya.
Hingga, minggu lalu, aku diperlihatkan pada jawaban persoalan 'Dimana bentuk keadilan Allah itu?'. Persoalan, 'kenapa musibah itu harus menimpa seseorang yang bahkan untuk jajan pun sulit, bahkan ia yang terus menopang hidup keluarganya. bahkan padanya yang rela berkorban lebih dan kepadanya Allah pilih musibah itu datang. Siapa yang lebih tahu kondisinya secara lebih detail selain Allah, dan musibah itu Allah berikan padanya'. Lagi, aku mengasihani diriku. Sedikit sekali rasanya aku bersyukur. Masih sangat sedikit sekali.
Saat itu, Allah berikan jawabannya dengan memperlihatkan manfaat ukhuwah yang ia terima saat itu. Kekuatan ukhuwwah. Allah gerakkan hati-hati hambaNya untuk begitu murah menolong. Untuk saling mendoakan. Untuk saling menjaga. Allah berikan seseorang pelajaran yang dengannya ia dapat mengajarkan orang lain hikmah. Aku hanya tidak mampu berkata-kata betapa indah keadilan Allah itu. Allah menciptakan skenario sedemikian hebat agar kita mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang ada. Allah punya cara indah untuk mendekatkan hambanya kembali fi sabilillah. Kembali bercengkrama dan bertawakal penuh hanya padaNya.
Ini tentang Laa yukallifullah annafs illa wusáha, ini tentang Fa inna maál usri yusro, ini tentang laállakum ta'qilun, laállakum tahtadun. Ini tentang fatawakkal álallah. Di balik kesulitan itu ada bertubi-tubi kemudahan. Selama kita bertawakal, bersabar, dan bersyukur.
Gigi: Hey, apa yang kau lamunkan?
Riri: Oh, kau rupanya, tak apa. Hanya sebuah pertanyaan yang tak dapat kupecahkan hingga kini,
Gigi: Ahaha, bagus! Kalau begitu aku punya kesempatan mendahuluimu.
Riri: Huft! (Sambil menggelengkan kepala?)
Gigi: Ayolah, kau tidak berniat memberitahuku ya? Hem, cepat ceritakaaan!
Riri: Tentu saja aku menunggumu bertanya, kalau kau bertanya artinya kau siap menerima pertanyaan ini.
Gigi: Kau meragukanku? Jahat sekali..
...sekian detik berlalu tanpa suara...
Riri: Buktikan keadilan Tuhan padaku,
Gigi: ?
Riri: Ya, tolong buktikan keadilan Tuhan padaku.
Gigi: Pertanyaan bagus! Ah, kau tidak mungkin mempertanyakan pertanyaan konyol macam itu kan?
Riri: Seseorang memintanya padaku. Bisakah kau membantuku?
Gigi: I wish,..
----
Ya, pernah seseorang mempertanyakan keadilan Allah padaku. Aku hanya tidak habis pikir bagaimana bisa ia menanyakan keadilan itu. Jawaban macam apa yang ia minta? Egoku terkadang memaksa untuk mengasihani mereka yang tidak merasakan keadilan itu. "Kasihan sekali anak ini", batinku. Mengapa ia tidak merasakan keadilan dan Rahmannya Allah? Semua makhluk Allah berikan udara yang sama, bumi pijakan yang sama, dan sebagainya dan sebagainya. Apalagi yang ia tuntut? Tapi, bukan itu sesungguhnya. Ketika pertanyaan itu dihadapkan kepadaku dan aku menyadari bahwa aku tidak punya jawaban yang tepat, tepat bagi diriku sendiri dan tepat baginya. Aku merasa menyesal. Mengasihani diriku sendiri yang tak begitu mengenal Sang Maha Adil, hingga bagaimana Rabb menunjukkan keadilan itu kepada setiap hambanya. Setiap ciptaannya. Maksudku, ya, setiap, seluruhnya.
Hingga, minggu lalu, aku diperlihatkan pada jawaban persoalan 'Dimana bentuk keadilan Allah itu?'. Persoalan, 'kenapa musibah itu harus menimpa seseorang yang bahkan untuk jajan pun sulit, bahkan ia yang terus menopang hidup keluarganya. bahkan padanya yang rela berkorban lebih dan kepadanya Allah pilih musibah itu datang. Siapa yang lebih tahu kondisinya secara lebih detail selain Allah, dan musibah itu Allah berikan padanya'. Lagi, aku mengasihani diriku. Sedikit sekali rasanya aku bersyukur. Masih sangat sedikit sekali.
Saat itu, Allah berikan jawabannya dengan memperlihatkan manfaat ukhuwah yang ia terima saat itu. Kekuatan ukhuwwah. Allah gerakkan hati-hati hambaNya untuk begitu murah menolong. Untuk saling mendoakan. Untuk saling menjaga. Allah berikan seseorang pelajaran yang dengannya ia dapat mengajarkan orang lain hikmah. Aku hanya tidak mampu berkata-kata betapa indah keadilan Allah itu. Allah menciptakan skenario sedemikian hebat agar kita mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang ada. Allah punya cara indah untuk mendekatkan hambanya kembali fi sabilillah. Kembali bercengkrama dan bertawakal penuh hanya padaNya.
Ini tentang Laa yukallifullah annafs illa wusáha, ini tentang Fa inna maál usri yusro, ini tentang laállakum ta'qilun, laállakum tahtadun. Ini tentang fatawakkal álallah. Di balik kesulitan itu ada bertubi-tubi kemudahan. Selama kita bertawakal, bersabar, dan bersyukur.
Tidak ada komentar: