Berpikir Sederhana

Bismillah,

Ada cerita menarik hari ini. Sedikit mengulas tentang latar belakang peristiwa, cerita ini terjadi di siang hari di depan apartemen kecilku. Seorang gadis kecil yang belum duduk di bangku sekolah dasar tengah sibuk mewarnai kertas bergambar Shaun The Sheep. Kertas putih berbintik-bintik yang jika terkena air akan memberi warna tertentu sesuai petunjuk gambar kecil di sudut kanannya. Di sekitarnya ada sebuah wadah kecil berwarna merah sebagai tempat air, beberapa cutton bud putih, dan sebuah spuit mainan (alat yang biasa dipasangkan dengan jarum suntik) tanpa jarum.
Aku yang hari ini tiba-tiba kumat rajinnya telah siap-siap berangkat 30 menit sebelum kuliah dimulai. Tapi tentu saja, bagaimanapun aku bersiap-siap lebih cepat, entah itu 30 menit, satu jam, 2 jam, 5 jam, satu hari, seminggu pun (ini mah keterlaluan rajinnya) sebelum kuliah dimulai, selalu ada saja yang membuatku tetap berangkat ke kampus paling cepat 5 menit sebelum kuliah dimulai, dan kali ini aku akan menge-sheep-hitamkan gadis kecil ini. Fufufu
Percakapan pun bermula,
Aku: "Apa itu Mi?" (Ya, ya hanya panggilan nama belakang kami yang sama)
Si Adik: "Ini buat mewarnai. Coba lihat deh mba, aneh loh!"
Aku: "Apa, apa?". Aku mulai antusias dan benar-benar lupa harus kuliah..
Si Adik: "Ini kan putih ya, trus kalo aku kasih air di sininya jadi berwarna.." terangnya sambil memperlihatkan cutton bud putih padaku, kemudian membasahinya sedikit dengan air. Selanjutnya ia mulai mencorat-coret kertas berbintik di hadapannya dengan cutton bud tersebut layaknya memegang pensil warna. Alhasil, kertas putih menjadi berwarna dan cutton bud putih pun ikut berwarna, benar-benar seperti pensil warna.
Aku: "Waah iya! Mainannya keren ya Mi..." spontanku sambil terus memperhatikannya
Si Adik: "Nah, kenapa bisa gitu ya Mba?" Ini dia. Yap! Pertanyaan bagus yang aku tunggu-tunggu akhirnya ditanyakan oleh adik kecil ini. Hm, menarik. Hal yang membuatnya semakin menarik adalah jawaban pertanyaan ini cukup sulit untuk aku jelaskan hingga aku harus memutar otak bagaimana mengungkapkan apa yang terjadi dengan kertas dan air kepada si adik dalam bahasa yang lebih sederhana. Bahasa yang lebih mudah ia pahami. Tanpa harus berpura-pura tidak tahu atau sengaja mengganti topik pembicaraan atau malah menggunakan bahasa langit tentang peristiwa kimia kelarutan zat kepada anak 5 tahun. Bukan bermaksud menyepelekan, hanya saja jika aku bercerita dengan penjelasan detail tentang peristiwa kimia dan sejenisnya yang terjadi ketika kertas tersebut bereaksi dengan air kepada si adik, aku rasa itu bukan pada tempatnya, belum waktunya.
Akhirnya aku mencoba menjelaskan, percobaan 1;
Aku: "Iya, karena kertasnya dibuat supaya jadi berubah warna kalau dikasi air". (You don't say. Si Adik ini juga tau kalau kertasnya berubah warna, rrrrrr )
Si Adik: Tapi,kenapa bisa jadi berubah warna? (Kan bener, buktinya Si Adik bertanya lagi)
percobaan 2;
Aku: "Karna.... Bim salabim, tadaaaa. Kertas putih berubahlah jadi warna merah!" Jawaban ini malah lebih ngaco lagi -____-a
Si Adik: "Yah, Mba..", Ia membalas leluconku dengan manyun.
Oke, sebelum gadis kecil ini kecewa padaku lebih jauh, ayo serius dan make it easy! percobaan 3;
Aku: "Hehehe, ini nih Mi. Coba lihat baik-baik bintik-bintik di kertasnya?" Tiba-tiba Aku  merasa hebat telah menemukan arahan jawaban yang tepat. Pede sekali!
Si Adik: "Wah, iya mba. Ada yang biru, ada yang kuning, yang di sini merah.."
Aku: "Ayo ayo, kita kasih warna yang ini. Warnanya biru ngga yaa?"
Si Adik: "Iya, biru! Aku ngerti sekarang. Bintik-bintiknya jadi luntur kalo kena air, trus jadi berwarna deh"
Aku: "Subhanallah! Pinternyaa.."
Si Adik: "Tapi kok ga rapi ya Mba aku ngewarnainnya?"
Aku: "Habisnya cutton bud-nya digabung-gabungin sih Mi" Si Adik pun mendengarkan perkataanku dan mengganti cutton bud-nya. Sayang, belum semua terwarnai cutton bud-nya telah habis. Akhirnya pensil warna jadi-jadiannya berganti menjadi spuit. Alhasil melimpah-limpahlah air di atas kertasnya. Konsekuensinya, kertasnya menjadi lembek tapi pewarnaan gambar menjadi lebih rapi sesuai garis.
Si Adik: "Pake ini lebih rapi ya, tinggal aku keringin aja deh.."
Aku: "Bagus, bagus. Sekalian aja Mi, dicelupin ke air kertasnya."
Si Adik: "Iya juga ya, aku beli lagi ah" Aku melihatnya masuk ke dalam rumah. Aku pun berlalu. Kali ini aku benar-benar berangkat ke kampus. Teriakan Si Adik masih bisa samar-samar terdengar, "Umi minta duit.." Huehehehe

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.